0

Teori masuknya islam di indonesia

Minggu, 17 November 2013
Share this Article on :

by : hidayat tulloh

Tiga Teori Masuknya Islam ke Indonesia

Proses masuknya Islam ke Indonesia -sampai sekarang- masih dalam perdebatan panjang. Beberapa pertanyaan yang masih dalam perdebatan di antaranya, dari mana asal Islam di Indonesia, siapa pembawanya, dan terakhir kapan Islam masuk ke Nusantara. Untuk pertanyaan-pertanyaan ini terdapat perdebatan panjang di antara para ahli sejarawan. Disini akan dipaparkan beberapa teori tentang masuknya Islam ke Nusantara di antaranya:
1. Teori Gujarat
Kebanyakan sarjana asal Belanda, memegang teori bahwa Islam di Indonesia berasal dari Anak Benua India. Pijnappel merupakan salah seorang sarjana yang mengkemukakan teori ini, dia mengaitkan asal-muasal Islam di Indonesia dengan daerah Gujarat dan Malabar. Menurutnya, orang-orang Arab bermazhap Syafi’i yang bermigrasi dan menetap di wilayah India tersebut yang kemudian membawa Islam ke Nusantara.
Snouck Hurgronje kemudian mengembangkan teori ini, dia berpendapat bahwa ketika Islam berpijak kokoh di beberapa kota pelabuhan Anak Benua India, banyak di antara mereka orang muslim yang tinggal di sana sebagai pedagang perantara dalam perdagangan Timur Tengah dengan Nusantara. Kemudian mereka datang ke dunia Melayu (Indonesia) sebagai para penyebar Islam pertama, setelah itu baru mereka disusul oleh orang-orang Arab. Dia mengatakan bahwa abad ke-12 sebagai periode paling mungkin dari permulaan penyebaran Islam di Nusantara.
Selain mereka masih ada beberapa sarjana Belanda yang sepakat bahwa Islam di Nusantara datang dari Gujarat dengan alasan bahwa batu nisan yang terdapat di Pasai, salah satunya batu nisan yang terdapat di makam Maulana Malik Ibrahim di Gresik dan juga terdapat di Jawa Timur, ternyata sama bentuknya dengan batu nisan yang terdapat di Cambay, Gujarat. Dengan beberapa alasan tersebut mereka meyimpulkan bahwa Islam di Nusantara berasal dari India.
2. Teori Arab
Salah satu sejarawan yang mendukung teori ini ialah Prof. Hamka. Dia menyatakan bahwa Islam sudah datang ke Indonesia pada abad pertama Hijriah (abad ke-7 sampai 8 M) langsung dari Arab dengan bukti jalur perdagangan yang ramai dan bersifat internasioal sudah dimulai melalui selat Malaka yang menghubungkan Dinasti Tang di Cina (Asia timur), Sriwijaya di Asia Tenggara dan Bani Umayyah di Asia Barat.
Selain Hamka, Arnold juga berpandangan bahwa, para pedagang Arab juga menyebarkan Islam ketika mereka dominan dalam perdagangan Barat-Timur sejak abad-abad awal Hijriah atau abad ke-7 dan ke-8 Masehi. Meskipun tidak terdapat catatan-catatan sejarah tentang kegiatan mereka dalam penyebaran Islam, namun ia berasumsi bahwa mereka juga terlibat dalam penyebaran Islam kepada penduduk lokal di Nusantara.
Asumsi ini diperkuat dengan adanya sumber Cina yang menyebutkan bahwa, menjelang akhir perempatan abad ke-7 seorang pedagang Arab menjadi pemimpin sebuah pemukiman Arab Muslim di pesisir pantai Sumatera. Sebagian orang-orang Arab ini dilaporkan melakukan perkawinan dengan wanita lokal. Menurut Arnold anggota-anggota komunitas Muslim ini juga melakukan –kegiatan-kegiatan penyebaran Islam.
3. Teori Persia
Pembangun teori Persia ini adalah Hoesein Djajaningrat. Teori Persia lebih menitikberatkan tinjauannya kepada kebudayaan yang hidup di kalangan masyarakat Islam Indonesia yang dirasakan mempunyai persamaan dengan Persia di antaranya, pertama, peringatan 10 Muharram atau Asyura sebagai hari peringatan Syi’ah atas kematian Husain. Peringatan ini berbentuk pembuatan bubur Asyura dan perayaan tabut.
Kedua, adanya kesamaan ajaran antara ajaran Siti Jenar dengan ajaran Sufi Iran yaitu al-Hallaj, sekalipun al-Hallaj sudah meninggal, tetapi ajarannya berkembang terus dalam bentuk puisi, sehingga memungkinkan Syaikh Siti Jenar yang hidup pada abad ke-16 dapat mempelajarinya. Dengan kenyataan-kenyataan tersebut maka Hoesein menyimpulkan bahwa Islam di Nusantara berasal dari Persia.
Keterangan di atas terlihat bahwa terdapat perbedaan pendapa tentang darimana, dan kapan masuknya Islam ke Nusantara. Sementara untuk pertanyaan siapa yang membawa Islam ke Nusantara para sejarawan di atas kelihatannya sepakat bahwa Islam di bawa oleh para pedagang.
Menurut Azyumardi Azra ada beberapa kelemahan-kelemahan dari teori-teori yang dikemukaan diatas, pertama teori india yang dikembangkan oleh sarjana-sarjana Belanda, kelemahan ini terlihat ketika pada masa itu India diperintah oleh seorang yang beragama Hindu, selain itu kelemahan teori ini terlihat dari pemahaman keagamaan atau mazhab yang dianut oleh masyarkat India dan Nusantara, yang mana India memegang mazhab Hanafi sementara Nusantara bermazhab Syafi’i.
Kedua, teori Arab yang mengatakan bahwa Islam masuk pada Abad ke-7/8M. yang dibawa oleh para pedagang Muslim, teori ini kelihatan lemah ketika adanya keterangan yang mengatakan bahwa ketika di tanah Arab dipimpin oleh khalifah Umayyah Raja Sriwijaya pernah mengirim surat kepada dua raja Arab, yaitu Mu’awiyah bin Abi Sofyan dan Umar bin Abdul Aziz, dimana raja Sriwijaya meminta kepada raja Arab (Bani Umayyah) untuk mengutus seorang yang mempunyai pemahaman agama yang baik untuk mengajarkannya tentang Islam. Maka hal ini menunjukkan bahwa para pedagang yang datang ke Nusantara pada abad ini tidak menyebarkan agama Islam melainkan hanya tujuan ekonomi. Selain itu teori ini dianggap lemah karena tidak adanya bukti bahwa adanya penduduk lokal yang masuk Islam pada abad ini.
Melihat dari kelemahan-kelemahan tersebut kemudian Azyumardi Azra mengelurakan pendapatnya tentang masuknya Islam ke Nusantara. Sepertinya azra secara tidak langsung agak setuju dengan datangnya Islam di Nusantara pada abad ke-7 namun, baru dianut oleh para pedangang-pedangang Arab yang berdagang di Nusantara, Islam mulai tersebar dan baru dianut oleh masyarakat Nusantara pada abad ke-12, yang disebarkan oleh para sufi pengembara yang berasal dari Arab. Alasan ini dikuatkan oleh corak Islam awal yang di anut oleh masyarakat Nusantara ialah Islam sufistik, karena pada masa al-Gazali muncul sufi-sufi pengembara yang bertujuan untuk menyebarkan Islam tanpa pamrih, maka sufi-sufi inilah yang datang dan menyebarkan Islam di Nusantara.(YS)


Artikel Terkait:

0 komentar:

Posting Komentar